Posts

Showing posts from September, 2022

Seni Rupa

Image
Artist: Henry Theotama Medium: Cat minyak di Kanvas Dimensi: 20 cm x 30 cm  Untuk proyek PTS Seni Rupa, saya membuat lukisan yang berdasar dari foto Kawah Putih, Jawa Barat yang saya ambil untuk referensi.

About Me

Image
Halo, nama saya Henry Theotama dari kelas 9D absen 12. Saya adalah siswa SMP Talenta. Saya lahir tanggal 11 Mei 2008 di kota Medan, Sumatera Utara. Saya menguasai beberapa bahasa seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Tionghoa, dan sedikit Bahasa Jerman. Find me on: Instagram

Fungsi Wayang Golek

Image
Fungsi Wayang Golek di tengah-tengah masyarakat mempunyai kedudukan yang sangat terhormat. Di samping sebagai sarana hiburan yang sehat, ia juga berfungsi sebagai media penerangan dan pendidikan. Baiak itu tentang moralitas, etika, adapt istiadat atau religi. Yang tak kalah pentingnya Wayang Golek itu pun berfungsi sebagai upacara ritual penolak bala, upacara tersebut Ngaruat. Sampai saat ini Wayang Golek masih tetap digemari oleh masyarakat Jawa Barat, baik tua atau pun muda. Ia masih sering dipergelarkan pada berbagai pesta keramaian seperti khitanan, perkawinan, perayaan hari-hari besar, malam penggalangan dana, sebagai kaul/nazar, atau ngaruat untuk memohon berkah dan keselamatan.

Perkembangan Wayang Golek

Image
Dalam perkembangannya, Wayang Golek terbagi menjadi tiga jenis. Pertama, Wayang Cepak (wayang kepala datar) yang berkisah tentang babad Cirebon dan sejarah Tanah Jawa dengan sisipan muatan ajaran Islam. Kedua, Wayang Golek Purwa yang menceritakan kisah Ramayana dan Mahabrta. Yang terakhir adalah Wayang Golek Modern. Yang pertama menggunakan wayang golek sebgaia media penyebaran agama a dalah Sunan Kudus pada tahun 1583. Beliau membuat setidaknya 70 buah wayang dari kayu. Kisah-kisah yang dibawakan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dengan petuah dan nilai-nilai ajaran agama Islam dan diselipi humor yang membuat penonton tidak ingin beranjak. Pada saat itu, wayang golek banyak digunakan di kalangan para santri dan ulama. Saat Panembahan Ratu (1640-1650) yang merupakan cicit dari Sunan Kudus memimpin Kesultanan Cirebon, Wayang Golek Cepak mulai dipentaskan di Tanah Parahyangan. Selanjutnya saat pemerintahan Pangeran Girilaya (1650-1662), Wayang Golek Cepak semakin popular di kalanga

Sejarah Wayang Golek

Image
Sekitar tahun 1583,  Sunan Kudus  yang merupakan salah satu penyebar agama  Islam  di  pulau Jawa  pernah membuat kurang lebih 70 buah wayang dari kayu. Wayang tersebut dipertontonkan di siang dan malam hari dengan sumber cerita lokal atau imajinasi sendiri yang tentunya sarat dengan pesan agama Islam.  Sunan Kudus  menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat. Munculnya kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara  pulau Jawa  pada awal abad ke-17. Dikarenakan masyarakat  Jawa Tengah  dan  Jawa Timur  telah terlebih dahulu mengenal  wayang kulit , kehadiran wayang golek kurang begitu berkembang, karena masyarakat disana terlanjur menggemari  wayang kulit . Namun wayang golek  Sunan Kudus  itu menarik hati dari ulama atau sekurang-kurangnya santri  Cirebon  yang sedang berkunjung (atau berguru) ke wilayah Sunan Kudus. Akhirnya ide wayang golek itu dibawa ke  Cirebon . Pementasan wayang golek di tanah  Parahyangan  dimulai sejak  K